Proses Hijrahnya Dewi Sandra | Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hijrah diartikan sebagai perpindahan Nabi Muhammad bersama sebagian pengikutnya dari Mekah ke Medinah untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum kafir Quraisy, Mekah. Kemudian, kata hijrah seringkali dialamatkan untuk sebuah perpindahan menuju sesuatu yang lebih baik.
Dalam hal ini, hijrahnya Dewi adalah berhijab atau menutup aurat selayaknya perempuan muslim yang telah tertulis dalam kita suci Al-Quran, surat An-Nur ayat 31. Semenjak itu pula, Dewi mengubah dirinya menjadi seorang yang ingin lebih mendalami agamanya sendiri.
Berhijrah, di mata Dewi bukan sekadar berubah secara penampilan fisik. Namun juga dalam hal spiritual, jiwa, ibadah, dan berbagai macam hal lainnya. Berhijrah bukan saja membuat Dewi tampil dengan hijabnya. Tapi juga membuatnya lebih tenang dan bijak. Meski memang bukan perkara gampang.

Berbagi
cerita perjalanan hijrahnya seperti sekarang. Perjalanan hidupnya yang
penuh dengan masalah, hingga kegagalannya di dua pernikahan sebelumnya
membuat wanita kelahiran Rio de Janeiro, 3 April 1980 ini menantang sang
Khalik.
"Jadi saya tantang Allah, dalam salat tahajud saya
bilang, saya tahu diri saya tidak sempurna. Tolong atur hidup saya
supaya lebih baik," ujar Dewi Sandra saat ditemui di The 20th Journey of
Wardah di Senayan City, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (26/6).
Mata
hatinya mulai terbuka ketika usai menjalankan shalat tahajud dan
berdoa, dirinya langsung membuka kitab suci Al Quran. Tanpa disengaja Al
Quran yang dibukanya, dirinya membuka surat Al-Ahzab ayat 59, ayat yang
berisi tentang perintah bagi kaum muslimah untuk mengenakan hijab.
"Dan setelah itu saya anggap ini jawaban yang diberikan," katanya. Sejak itu dirinya mantap untuk berhijab.
Kini
Dewi sering diminta untuk menjadi bintang tamu acara-acara talk show
yang berkaitan tentang Islam. Pengalaman-pengalaman yang dilaluinya
untuk hijrah dibagikannya kepada para peserta talk show.
Dewi membutuhkan waktu dua tahun lamanya untuk terus memantapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik seperti sekarang
Sebelum berhijrah, Dewi sempat berguru ke beberapa orang yang lebih paham soal agama. Ia juga banyak membaca buku-buku referensi tentang Islam. Buku yang luar biasa tebal pun, menurutnya terasa begitu nikmat dipahami jika niat seorang hamba adalah mencari hidayah-Nya.
Dewi mengingat kembali perjalanan dirinya ketika berguru kepada Ustaz Yuke Semeru. Di saat banyak pertanyaan-pertanyaan hidup tak bisa dijawab oleh dirinya sendiri, Dewi bersyukur ada yang mau membimbingnya. “Kalau tahu, Ustaz Yuke dulunya rocker. Tapi beliau itu luar biasa sekali bisa menjadi ustaz seperti sekarang. Beliau berjasa bagi saya,” cerita Dewi, bersemangat.
Dewi masih ingat betul tantangan yang diberikan oleh Ustaz Yuke. ”Beliau bilang, Dewi kamu salat lima waktunya gimana? Waktu itu saya bilang, masih bolong-bolong ustaz. Dan dia berkata ‘bagaimana kamu mau bagus agamanya, salat saja masih bolong’. Semenjak itu, alhamdulillah saya berusaha untuk tidak meninggalkan [salat] lima waktu,” ujarnya.
ADS HERE !!!